Rabu, 21 Oktober 2015

Cerpen - Pengorbanan Atas Nama Cinta


           Sam dan Risa merupakan sepasang kekasih yang sudah berpacaran selama 3 tahun. Mereka pertama kali bertemu di sebuah toko musik. Saat itu mereka berdua sama-sama mencari satu album yang sama. Mereka langsung tertarik satu sama lain ketika kedua tangan mereka saling bersentuhan saat akan mengambil album yang mereka cari. Seminggu kemudian mereka memutuskan untuk berpacaran. Mereka memang baru saja kenal satu sama lain, tetapi entah kenapa mereka merasa bahwa mereka berdua sudah ditakdirkan untuk bersama. Dan tentu saja hubungan mereka tetap langgeng hingga saat ini.
Risa adalah seorang mahasiswi Desain Komunikasi Visual di salah satu universitas terkenal. Ia sangat berbakat dalam bidangnya, sedangkan Sam adalah seorang atlet renang. Ia banyak menjuarai olimpiade olahraga. Walaupun mereka sangat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, mereka selalu meluangkan waktu untuk pergi kencan sekali seminggu. Namun, suatu hari saat mereka pergi kencan terjadilah hal yang mengubah segalanya. Sam mengalami kecelakaan mobil yang sangat mengerikan. Nyawanya memang selamat, hanya saja karena kecelakaan tersebut, ia divonis tidak bisa berenang lagi. Risa yang mendengar hal tersebut sangat terkejut dan terpuruk.
“Sudahlah jangan bermuka seperti itu. Aku tidak apa-apa. Lihatlah seharusnya kita bersyukur aku masih bisa hidup.”
“Bodoh! Apaan sih walaupun begitu bagaimana dengan kariermu?”
Walaupun Sam berkata jangan khawatir, Risa tahu bahwa Sam merasa sangat sedih dengan keadaannya sekarang. Di kamar pasien tersebut Risa tidak bisa menahan tangisannya. Satu persatu tetesan air mata jatuh membasahi kedua pipinya yang tembem.
“Kenapa hal ini terjadi pada dirimu, Sam? Ini semua memang salahku.” 
Sam yang tidak ingin melihat Risa menangis memeluk Risa dengan erat dan mengelus lembut kepalanya. Namun bukannya berhenti, tangisan Risa semakin kencang. Risa menangis cukup lama dalam pelukan Sam.
Setelah beberapa hari di rumah sakit, Sam diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Karena kecelakaan tersebut, Risa semakin sering berkunjung ke rumah Sam. Sam memang tersenyum seperti biasa. Tetapi entah kenapa yang dilihat Risa merupakan senyuman yang sangat menyedihkan. Risa tahu cita-cita Sam adalah menjadi seorang atlet renang yang dikenal seluruh dunia. Itu adalah impiannya sejak kecil dan juga merupakan harapan dari ayahnya yang telah meninggal dunia.
Hati Risa sangat sakit jika melihat Sam yang terus menahan rasa perihnya itu karena ia tidak ingin membuat Risa merasa sedih lagi. Memang Sam berkata bahwa ini bukan kesalahannya, tetapi jika saja pada saat itu Risa tidak meminta Sam untuk pergi kencan, semuanya tidak akan terjadi.
“Ma.. Maaf Sam, se.. semua ini salahku! Seandainya saja.. Seandainya saja waktu itu aku tidak memajukan waktu kencan kita, hal ini...” Tidak sempat Risa menyelesaikan kalimatnya, Sam yang sedang duduk dihadapannya langsung mengusap air mata yang sedari tadi mengalir dipipinya. Sam yang sudah tidak tahan melihat Risa yang terus-menerus menahan tangisannya akhirnya ikut meneteskan air mata.
“Kumohon Risa, berhenti menyalahkan dirimu. Melihatmu menangis terus seperti ini membuat hatiku tersayat. Ini bukan salahmu, Sayang. Jadi, please jangan menangis lagi.” Sam memeluk tubuh mungil Risa yang gemetaran menahan tangisannya yang akan meledak.
“Maaf Sam. Maaf...” Tak kuasa menahan suara tangisannya lagi, akhirnya Risa menangis tersedu-sedu.
Mereka saling berpelukan diselimuti dinginnya hembusan malam. Risa pun berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melakukan apa saja untuk membuat Sam bisa berenang lagi.

************

Keesokan harinya setelah pulang dari kampus, Risa menaiki bus untuk pulang ke rumahnya. Di sampingnya, duduk seorang wanita yang sangat cantik. Wanita tersebut tersenyum kepada Risa. Saat wanita itu akan turun, ia memberikan selembar kartu kepada Risa. 30 menit kemudian Risa sampai di depan rumahnya. Saat sampai di dalam kamar, ia melihat kartu itu lagi. Di kartu tersebut tertulis “Miracle” beserta alamatnya dengan tampilan yang imut, sedangkan di belakangnya tertulis “Kami dapat mengatasi permasalahan Anda”. Penasaran Risa semakin bertambah dengan apa yang tertulis di belakang kartu tersebut. Ia memutuskan untuk pergi ke tempat itu.
Ternyata “Miracle” merupakan sebuah kafe yang menyediakan berbagai jenis kopi. Ia masuk ke dalam kafe tersebut dengan disambut beberapa pelayan. Salah satu pelayan memberikan daftar menu kepada Risa saat ia duduk. Dalam menu tersebut, tertulis juga “Kami dapat mengatasi permasalahan Anda” dan di bawahnya tertulis instruksi yang harus diikuti. Tulisan itu menyuruh Risa untuk mengikuti pelayan yang ada di depannya. Pelayan tersebut membawa Risa untuk masuk ke dalam suatu ruangan. Saat masuk ke dalam ruangan tersebut, berdiri seorang wanita yang waktu itu memberikannya kartu saat berada di bus. Ia meminta Risa untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Wanita tersebut mengikuti Risa dari belakang dan duduk di kursi depannya.
“Saya bisa mengabulkan satu permintaan Anda. Namun, ada syarat yang harus dipenuhi. Anda harus mengorbankan satu hal yang berharga bagi diri Anda.” Sekitar 10 menit Risa berpikir. Apakah aku harus memercayainya? Benarkah yang ia katakan? Mengorbankan satu hal yang berharga? Banyak sekali pertanyaan yang terlintas dipikiran Risa. Setelah mempertimbangkannya, Risa menyetujui persyaratan tersebut dengan menganggukkan kepalanya. Wanita tersebut memberikan sebuah botol berisi kopi. Setelah memberikan botol tersebut, Risa merasa pusing dan semakin lama kesadarannya menipis. Mungkin itu karena pengharum di ruangan itu yang membuatnya pusing.
Risa terbangun. Ia bingung dengan keadaan sekitarnya. Dimana aku? Ini di bus? Risa cukup kaget dengan apa yang terjadi. Ternyata ia sudah berada di dalam bus yang sering ia naiki untuk pulang ke rumah. Di tangannya pun terdapat botol pemberian wanita tersebut.
Sesampainya di rumah, Risa membuka HP. Di HPnya terdapat 8 notifikasi telepon dari Sam beserta sebuah pesan yang menanyakan keberadaan Risa. Ia terdiam sesaat melihat pesan tersebut.
Tidak lama kemudian HP Risa mulai bergetar kembali. Sam menelepon untuk ke-9 kalinya. Risa tidak mengangkat telepon tersebut dan hanya tersenyum. Ia meletakkan HPnya di meja dekat ia berdiri. Kemudian, ia membulatkan tekadnya untuk meminum kopi dari wanita tersebut. Ia telah berjanji kepada dirinya untuk melakukan apa saja demi Sam. Apakah akan membahayakan nyawanya tidak lagi dipikirkan oleh Risa. Ia meminum kopi itu sampai habis. Dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

************

Tahun telah berganti. Pada saat itu, banyak album yang telah dirilis. Risa yang menyukai musik instrumen membeli beberapa album. Ia memberikan album-album tersebut kepada kasir. Kasir tersebut sedang memegang sebuah koran. Di dalam koran tersebut terdapat sebuah berita tentang juara olimpiade renang tingkat internasional dan juga foto-foto pemenang dari juara 1 hingga juara 5. Sam berada dalam foto tersebut dan ternyata ia mendapatkan juara pertama.
Saat kasir tersebut mengecek harga album yang akan dibeli oleh Risa, seseorang masuk ke dalam toko musik tersebut.
“Gina liat deh, itu kan si ganteng!”
“Kyaaa.. iya itu memang dia. Untung aja kita kesini.”
Keributan langsung terdengar di dalam toko musik tersebut. Beberapa orang yang berada di dalamnya terkejut melihat siapa orang tersebut. Orang itu adalah Sam, pemenang kejuaraan olimpiade renang. Risa tidak terlalu tertarik dengan olimpiade renang sehingga ia tidak terlalu mementingkan lelaki tersebut.
Saat itu, Risa terburu-buru. Setelah kasir tersebut memberikan barang belanjaannya, Risa mempercepat langkah kakinya saat keluar. Akibatnya, pundaknya tersenggol oleh lelaki tadi. Risa membungkukkan badannya sebagai tanda permintaan maaf dan pergi dari tempat itu. Ternyata saat terjadi benturan tadi, Risa menjatuhkan HPnya. Lelaki tersebut pun mengambilnya.
“Ah tunggu!” Teriak Sam sambil mengejar wanita tersebut. “Hei! Wanita yang memakai baju merah, HPmu terjatuh!” Teriakan Sam cukup kencang sehingga Risa yang sebentar lagi akan menaiki bus berhenti. Risa menoleh ke belakang.
“Ah maaf  HPmu terjatuh tadi.” Sam menunjukkan HP tersebut kepada Risa. “Punyamu, kan?”
“Astaga iya ini punyaku! Terima kasih, ya.” Risa mengambil HP tersebut dan langsung memasukkannya ke dalam saku jaketnya.
“Iya, sama-sama. Ohya, ngomong-ngomong siapa namamu?”
Dari kejauhan, wanita itu melihat mereka berdua. Wanita kafe itu mengambil sebuah botol berisi air dalam saku jaketnya. “Permasalahan telah selesai.” Ia tersenyum bahagia dan berkata, “Good luck!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar