Sam dan Risa merupakan sepasang kekasih yang sudah berpacaran selama 3 tahun. Mereka pertama kali bertemu di sebuah toko musik. Saat itu mereka berdua sama-sama mencari satu album yang sama. Mereka langsung tertarik satu sama lain ketika kedua tangan mereka saling bersentuhan saat akan mengambil album yang mereka cari. Seminggu kemudian mereka memutuskan untuk berpacaran. Mereka memang baru saja kenal satu sama lain, tetapi entah kenapa mereka merasa bahwa mereka berdua sudah ditakdirkan untuk bersama. Dan tentu saja hubungan mereka tetap langgeng hingga saat ini.
Risa
adalah seorang mahasiswi Desain Komunikasi Visual di salah satu universitas terkenal.
Ia sangat berbakat dalam bidangnya, sedangkan Sam adalah seorang atlet renang.
Ia banyak menjuarai olimpiade olahraga. Walaupun mereka sangat sibuk dengan
pekerjaannya masing-masing, mereka selalu meluangkan waktu untuk pergi kencan
sekali seminggu. Namun, suatu hari saat mereka pergi kencan terjadilah hal yang
mengubah segalanya. Sam mengalami kecelakaan mobil yang sangat mengerikan.
Nyawanya memang selamat, hanya saja karena kecelakaan tersebut, ia divonis
tidak bisa berenang lagi. Risa yang mendengar hal tersebut sangat terkejut dan
terpuruk.
“Sudahlah
jangan bermuka seperti itu. Aku tidak apa-apa. Lihatlah seharusnya kita
bersyukur aku masih bisa hidup.”
“Bodoh!
Apaan sih walaupun begitu bagaimana dengan kariermu?”
Walaupun
Sam berkata jangan khawatir, Risa tahu bahwa Sam merasa sangat sedih dengan
keadaannya sekarang. Di kamar pasien tersebut Risa tidak bisa menahan tangisannya.
Satu persatu tetesan air mata jatuh membasahi kedua pipinya yang tembem.
“Kenapa
hal ini terjadi pada dirimu, Sam? Ini semua memang salahku.”
Sam
yang tidak ingin melihat Risa menangis memeluk Risa dengan erat dan mengelus
lembut kepalanya. Namun bukannya berhenti, tangisan Risa semakin kencang. Risa
menangis cukup lama dalam pelukan Sam.
Setelah
beberapa hari di rumah sakit, Sam diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Karena kecelakaan
tersebut, Risa semakin sering berkunjung ke rumah Sam. Sam memang tersenyum
seperti biasa. Tetapi entah kenapa yang dilihat Risa merupakan senyuman yang
sangat menyedihkan. Risa tahu cita-cita Sam adalah menjadi seorang atlet renang
yang dikenal seluruh dunia. Itu adalah impiannya sejak kecil dan juga merupakan
harapan dari ayahnya yang telah meninggal dunia.
Hati
Risa sangat sakit jika melihat Sam yang terus menahan rasa perihnya itu karena
ia tidak ingin membuat Risa merasa sedih lagi. Memang Sam berkata bahwa ini
bukan kesalahannya, tetapi jika saja pada saat itu Risa tidak meminta Sam untuk
pergi kencan, semuanya tidak akan terjadi.
“Ma..
Maaf Sam, se.. semua ini salahku! Seandainya saja.. Seandainya saja waktu itu
aku tidak memajukan waktu kencan kita, hal ini...” Tidak sempat Risa
menyelesaikan kalimatnya, Sam yang sedang duduk dihadapannya langsung mengusap
air mata yang sedari tadi mengalir dipipinya. Sam yang sudah tidak tahan
melihat Risa yang terus-menerus menahan tangisannya akhirnya ikut meneteskan
air mata.
“Kumohon
Risa, berhenti menyalahkan dirimu. Melihatmu menangis terus seperti ini membuat
hatiku tersayat. Ini bukan salahmu, Sayang. Jadi, please jangan menangis lagi.” Sam memeluk tubuh mungil Risa yang gemetaran
menahan tangisannya yang akan meledak.
“Maaf
Sam. Maaf...” Tak kuasa menahan suara tangisannya lagi, akhirnya Risa menangis
tersedu-sedu.
Mereka
saling berpelukan diselimuti dinginnya hembusan malam. Risa pun berjanji pada
dirinya sendiri bahwa ia akan melakukan apa saja untuk membuat Sam bisa
berenang lagi.
************
Keesokan
harinya setelah pulang dari kampus, Risa menaiki bus untuk pulang ke rumahnya.
Di sampingnya, duduk seorang wanita yang sangat cantik. Wanita tersebut
tersenyum kepada Risa. Saat wanita itu akan turun, ia memberikan selembar kartu
kepada Risa. 30 menit kemudian Risa sampai di depan rumahnya. Saat sampai di
dalam kamar, ia melihat kartu itu lagi. Di kartu tersebut tertulis “Miracle”
beserta alamatnya dengan tampilan yang imut, sedangkan di belakangnya tertulis
“Kami dapat mengatasi permasalahan Anda”. Penasaran Risa semakin bertambah
dengan apa yang tertulis di belakang kartu tersebut. Ia memutuskan untuk pergi
ke tempat itu.
Ternyata
“Miracle” merupakan sebuah kafe yang menyediakan berbagai jenis kopi. Ia masuk
ke dalam kafe tersebut dengan disambut beberapa pelayan. Salah satu pelayan
memberikan daftar menu kepada Risa saat ia duduk. Dalam menu tersebut, tertulis
juga “Kami dapat mengatasi permasalahan Anda” dan di bawahnya tertulis
instruksi yang harus diikuti. Tulisan itu menyuruh Risa untuk mengikuti pelayan
yang ada di depannya. Pelayan tersebut membawa Risa untuk masuk ke dalam suatu
ruangan. Saat masuk ke dalam ruangan tersebut, berdiri seorang wanita yang waktu
itu memberikannya kartu saat berada di bus. Ia meminta Risa untuk duduk di
kursi yang telah disediakan. Wanita tersebut mengikuti Risa dari belakang dan
duduk di kursi depannya.
“Saya
bisa mengabulkan satu permintaan Anda. Namun, ada syarat yang harus dipenuhi.
Anda harus mengorbankan satu hal yang berharga bagi diri Anda.” Sekitar 10
menit Risa berpikir. Apakah aku harus
memercayainya? Benarkah yang ia
katakan? Mengorbankan satu hal yang berharga? Banyak sekali pertanyaan yang
terlintas dipikiran Risa. Setelah mempertimbangkannya, Risa menyetujui
persyaratan tersebut dengan menganggukkan kepalanya. Wanita tersebut memberikan
sebuah botol berisi kopi. Setelah memberikan botol tersebut, Risa merasa pusing
dan semakin lama kesadarannya menipis. Mungkin itu karena pengharum di ruangan itu
yang membuatnya pusing.
Risa
terbangun. Ia bingung dengan keadaan sekitarnya. Dimana aku? Ini di bus? Risa
cukup kaget dengan apa yang terjadi. Ternyata ia sudah berada di dalam bus yang
sering ia naiki untuk pulang ke rumah. Di tangannya pun terdapat botol
pemberian wanita tersebut.
Sesampainya
di rumah, Risa membuka HP. Di HPnya terdapat 8 notifikasi telepon dari Sam
beserta sebuah pesan yang menanyakan keberadaan Risa. Ia terdiam sesaat melihat
pesan tersebut.
Tidak
lama kemudian HP Risa mulai bergetar kembali. Sam menelepon untuk ke-9 kalinya.
Risa tidak mengangkat telepon tersebut dan hanya tersenyum. Ia meletakkan HPnya
di meja dekat ia berdiri. Kemudian, ia membulatkan tekadnya untuk meminum kopi
dari wanita tersebut. Ia telah berjanji kepada dirinya untuk melakukan apa saja
demi Sam. Apakah akan membahayakan nyawanya tidak lagi dipikirkan oleh Risa. Ia
meminum kopi itu sampai habis. Dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
************
Tahun
telah berganti. Pada saat itu, banyak album yang telah dirilis. Risa yang
menyukai musik instrumen membeli beberapa album. Ia memberikan album-album
tersebut kepada kasir. Kasir tersebut sedang memegang sebuah koran. Di dalam
koran tersebut terdapat sebuah berita tentang juara olimpiade renang tingkat
internasional dan juga foto-foto pemenang dari juara 1 hingga juara 5. Sam
berada dalam foto tersebut dan ternyata ia mendapatkan juara pertama.
Saat
kasir tersebut mengecek harga album yang akan dibeli oleh Risa, seseorang masuk
ke dalam toko musik tersebut.
“Gina
liat deh, itu kan si ganteng!”
“Kyaaa..
iya itu memang dia. Untung aja kita kesini.”
Keributan
langsung terdengar di dalam toko musik tersebut. Beberapa orang yang berada di
dalamnya terkejut melihat siapa orang tersebut. Orang itu adalah Sam, pemenang
kejuaraan olimpiade renang. Risa tidak terlalu tertarik dengan olimpiade renang
sehingga ia tidak terlalu mementingkan lelaki tersebut.
Saat
itu, Risa terburu-buru. Setelah kasir tersebut memberikan barang belanjaannya, Risa
mempercepat langkah kakinya saat keluar. Akibatnya, pundaknya tersenggol oleh
lelaki tadi. Risa membungkukkan badannya sebagai tanda permintaan maaf dan
pergi dari tempat itu. Ternyata saat terjadi benturan tadi, Risa menjatuhkan HPnya.
Lelaki tersebut pun mengambilnya.
“Ah
tunggu!” Teriak Sam sambil mengejar wanita tersebut. “Hei! Wanita yang memakai
baju merah, HPmu terjatuh!” Teriakan Sam cukup kencang sehingga Risa yang sebentar
lagi akan menaiki bus berhenti. Risa menoleh ke belakang.
“Ah
maaf HPmu terjatuh tadi.” Sam
menunjukkan HP tersebut kepada Risa. “Punyamu, kan?”
“Astaga
iya ini punyaku! Terima kasih, ya.” Risa mengambil HP tersebut dan langsung memasukkannya
ke dalam saku jaketnya.
“Iya,
sama-sama. Ohya, ngomong-ngomong siapa namamu?”
Dari
kejauhan, wanita itu melihat mereka berdua. Wanita kafe itu mengambil sebuah
botol berisi air dalam saku jaketnya. “Permasalahan telah selesai.” Ia
tersenyum bahagia dan berkata, “Good luck!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar